Jumat, 13 Desember 2024

Sumbing i am coming !


WOOOOW BANGET! Itu komentarku ketika pertamakali mendaki gunung Sumbing. WOW pemandangannya, WOW tracknya,  WOW capeknya, WOW semuanya. Emejing!



Perjalanan ke gunung Sumbing adalah perjalanan pertamakaliku mendaki gunung, artinya aku masih amatiran banget untuk soal ini. Cerita bermula ketika sahabatku Dini bersama teman-teman UNSOEDnya berencana mengadakan pendakian ke Gunung Sumbing di tahun 2013. Sebagai seorang wanita yang haus akan tantangan rasanya ajakan ini adalah haram mutlak untuk ditolak. haha. Jadilah seminggu kemudian aku dan teman-teman kampus Dini mendaki Gunung Sumbing pada hari Sabtu di awal bulan November ceria mendaki Gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah itu.
Oiya, satu minggu sebelum mendaki gunung sumbing aku baru saja mengikuti acara Social Camp di bukit desa Giri Tirta. waktu satu minggu buatku adalah waktu yang sangat singkat untuk melakukan latihan fisik sebelum mendaki gunung. Padahal menurut informasi yang aku baca latihan fisik itu penting banget karena akan sangat berpengaruh pada kekuatan tubuh kita saat melakukan pendakian nanti. Dan dalam seminggu setelah acara camp di Giri Tirta itu aku hanya sempat duakali lari pagi yang kebanyakan jalan dengan fisik yang sangat jarang olahraga, selebihnya aku hanya mensugesti diri Aku Sanggup!*



Menuju Kota Wonosobo teman-teman menggunakan bus antarkota jurusan Purwokerto-Wonosobo, karena mereka berangkat dari terminal Purwokerto sedangkan aku di Banjarnegara jadi aku menunggu datangnya bus mereka dipinggir jalan (biar bisa satu bus bareng-bareng gitu). Sekitar jam 12 lewat kami tiba di Desa Garung kemudian berjalan kaki menuju Basecamp yang letaknya sekitar 500 meter dari jalan raya. Disini kami melakukan registrasi untuk mendata nama-nama anggota kelompok yang akan mendaki dan membayar biaya 3ribu rupiah. Setelah selesai makan, sholat, dan packing ulang kami bersiap melakukan perjalanan yang mendebarkan...



Kami bersepuluh, didepan basecamp sebelum mendaki :  Zoel, Dini, Me, Nurul, Een, Nurul (ada dua), Ari * Iwan, Surya, Alfri dibarisan belakang.



Langkah demi langkah diselingi canda tawa serta gurauan, keakraban bersama teman-teman baruku mulai tercipta. Perumahan penduduk dikanan kiri, Gunung Sumbing menjulang didepan mata, Gunung Sindoro berada dibelakang kami. Indah sekali..


Diujung perbatasan antara perumahan penduduk dengan ladang terdapat persimpangan jalur lama dan jalur baru, kami memilih jalur lama sebagai jalur pemberangkatan kami. 
Setelah melewati rumah penduduk terakhir, aspal mulai berganti dengan jalan berupa batu-batuan yang disusun rapi diatas tanah. Tanpa basa-basi jalan langsung menanjak dan terus menanjak, pemandangan kanan kiri berganti ladang ketela dan jagung yang sudah dipanen. Ternyata sebagian besar dari teman-temanku juga baru pertamakali mendaki gunung, kami memilih perjalanan santai dan tidak terburu2 mengejar sunrise. memang selama perjalanan kami banyak berhenti untuk istirahat. Disini ketahanan persediaan air sangat diuji, rasa haus yang luar biasa membuat bekal air minum 1,5L ku langsung berkurang setengah botol dijalur ini saja *hihihi*

-foto-



Perjalanan terus mendaki, sampai akhirnya memasuki hutan pinus. Disini kami sempat beristirahat dan menilik handpone yang ternyata masih ada sinyal THREE kemudian aku menelepon salah seorang sahabatku di Jogja, rasanya senang sekali mengabarinya dimana aku berada saat ini, hahaha..



Hari mulai gelap, jalanan masih terus menanjak. Jalan batu-batuan sudah berubah menjadi tanah merah seperti irigasi sawah yang kering. Suara lantunan Adzan Magrib samar-samar terdengar, kami memilih berhenti sambil memakai jaket karena udara mulai dingin. Dari balik pepohonan lampu-lampu dikaki gunung Sindoro terlihat sangat gemerlap sedangkan Gunung Sindoro terlihat hitam menjulang. Tak henti-hentinya kami mengucap pujian kepada Allah atas pemandangan yang nampak didepan mata kami.



Setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan kembali, jangan ditanya kami bisa berjalan santai karena jalanan masih terus menanjak dan menanjak. Beberapa jam berjalan setelah melewati pos satu kami memutuskan untuk berhenti menunggu teman yang tertinggal sambil mengisi perut kami yang sudah lapar dan melaksanakan sholat maghrib dan isya. Kami mengisi perut dengan mie instan dan nasi kriuk-kriuk yang dimasak oleh ketua kelompok kami (makasih mas Alfri!)



Setelah sekitar satu jam berhenti kami melanjutkan perjalanan..masih seperti sebelumnya kondisi jalan masih menanjak. Jalan tanah liat yang berbelok2 seperti memberi harapan bahwa didepan sana akan ada jalan yang datar agar tenaga dan langkah kaki kami bisa berjalan sedikit lebih santai. Namun harapan hanya harapan, memang aku pernah baca satu2nya tempat yang lumayan landai dikaki gunung Sumbing adalah dipasar setan, tapi aku nggak mengira kalau track Sumbing akan seterjal ini. Dalam hati selalu bertanya2, kapankah jalan curam berliku ini akan segera berakhir? *halah*.  Sampai akhirnya kami memutuskan untuk bermalam karena sudah sangat lelah dan waktu menunjukan pukul sembilan lewat. Pertimbangan kami saat itu karena selama kami berjalan tidak ada tempat yang landai untuk berkemah dikhawatirkan didepan sana tidak ada tempat yang landai juga sedangkan kondisi kami sudah sangat lelah untuk berjalan, kami juga menghindari bermalam di pestan atau pasar setan karena sering terjadi badai dan tak ada pepohonan untuk melindungi tenda. Jadi ketika kebetulan kami menemukan tempat yang landai untuk mendirikan tenda kami memutuskan untuk bermalam disitu, meski tempatnya sangat mepet untuk dua buah tenda dan berada ditepi jurang.

Kami segera mendirikan tenda dengan posisi yang sangat berdempetan, posisi tenda kami hanya berjarak satu meter dari tepi jurang. untungnya ditepi2 tersebut ada pohon dan semak-semaknya. hehe.


Udara mulai terasa dingin, aku segera memakai jaket yang lebih tebal karena badan kurus memang lebih gampang terserang hawa dingin :-( . Setelah menghangatkan diri didepan bara api dan minum kopi jahe satu persatu dari kami mulai masuk tenda untuk tidur. Aku sendiri masuk tenda paling awal karena sudah nggak tahan dengan kakiku yang sangat pegaaaaaL. Tapi ternyata tenda cowok nggak muat buat dimasuki lima orang, jadilah salah satu dari mereka tidur diluar diantara himpitan tenda (kasian banget kalo inget :I)



Beberapa jam tidur sekitar jam 2 pagi kami bangun untuk melanjutkan perjalanan. Ketika bangun yang aku rasakan dikakiku adalah rasa pegal yang luaar biasa! Sampai rasanya pengen nangis karena pegel yang begitu membandel (mungkin disini pengaruh perlunya latihan fisik L). Aku cuma bisa duduk diam menikmati setiap pegal yang mendera dari ujung kaki sampai pahaku sementara teman-teman membereskan tempat kemah kami.

Kami melanjutkan perjalanan kembali, udara dingin mulai terasa hangat karena kalori kami mulai terbakar lagi. meski udara dingin dipagi buta rasa haus tetap menyelimuti kami. Tak lama kemudian kami melewati pos 3, ternyata disini ada tempat yang cukup landai untuk mendirikan tenda.

Setelah melewati pos 3 kami terus berjalan, sekitar jam setengah lima pagi kami mulai memasuki kawasan pasar setan yang terkenal angkernya. Oiya selama perjalanan dari kemah sampai pasar setan kami seperti mendengar suara gendingan, padahal itu sudah berada ditempat yang ketinggiannya lumayan tp suara itu terdengar sangat jelas. Disini jalan berubah menjadi landai, hamparan rumput terhampar luas dibawah naungan langit hitam berbintang - bintang seperti sebuah kubah yang sangat besar. Perjalanan kami memang bisa dibilang sangat pelan, karena jam lima pagi kami masih berada dipasar setan yang posisinya nggak menghadap kearah matahari terbit. artinya kami belum beruntung melihat sunrise. *hiks* 

Karena sudah tidak mungkin mengejar sunrise, kami memutuskan istirahat untuk sarapan pagi dan sholat subuh. Adalah sebuah keagungan Tuhan yang luar biasa ketika menjalankan sholat subuh diatas ketinggian gunung dihamparan rumput dan pemandangan gunung Sindoro yang terpapar jelas dihadapan mata. Allah Maha Besar..

foto*

bersambung..

Selasa, 07 Juni 2016

New Room, Sunday 06 May 2016

Thanks God, for everything you've given to me...

Udah lama nggak curcol di blogg kesayangan, mungkin udah banyak sekali yang berubah dalam kehidupanku. yeah, time flies so fast...

Aku bersyukur masih diberi nafas dan kesehatan sampai saat ini, hari ini bertepatan dengan 1 Ramadhan 1437 H, tepat sebulan aku menikah :)

So much Love.. Satu persatu mimpi menjadi nyata, thanks God!

Kamis, 23 Oktober 2014

untitled

Tuhan, dosaku menggunung tinggi namun RahmatMu melangit luas
harga selautan syukurku hanya setitik nikmatMu di bumi

Tuhan, meski taubat sering ku mungkir namun pengampunanMu tak pernah bertepi
bila selangkah ku dekat padaMu, seribu langkah Kau dekat padaku..

 
free as the wiNd Blogger Template by Ipietoon Blogger Template